logo PT Nirmala Satya Development
BIG FIVE PERSONALITY

Individu dengan tipe kepribadian extraversion biasanya suka menyibukkan diri cenderung bertindak dengan penuh semangat serta berbicara dengan cepat sehingga terkesan energik. Mereka lebih menyukai lingkungan yang dapat menstimulasi mereka dalam upaya pencarian kesenangan, contohnya mobil berkecepatan tinggi dan pakaian yang mencolok.

The big five sering digambarkan sebagai kerangka yang bersifat universal untuk mengukur kepribadian individu secara komperhensif (Lounsbury, Tatum, Chamberrs, Owens & Gibson, 1999 dalam Iskandar & Zulkarnain, 2013 : 53). Faktor kepribadian The Big Five merupakan salah satu pendekatan yang dianggap lebih sederhana dan deskriptif dalam enggambarkan kepribadian manusia (Pervin, Cervone & John, 2005).

Menurut Mc Crae & costa (1997) kelima sifat dasar tersebut mencangkup sebagai berikut:

Extraversion (E)

Dimensi ini merupakan taksiran kuantitas dan intensitas interaksi interpersonal, tingkat atau level aktivitasnya, kebutuhan untuk mendapat stimulasi dan kemampuan untuk berbahagia. Dimensi extraversion terdiri dari subdimensi atau faset-faset sebagai berikut:

  1. Warmth (kehangatan)
  2. Gregariousness (suka berkumpul)
  3. Assertiveness (asertivitas)
  4. Activity level (tingkat aktivitas)
  5. Excitement seeking (pencarian kesenangan)
  6. Positive emotions (emosi positif)

Subfaktor dalam extraversion dapat dibagi kembali ke dalam 2 ciri interpersonal dan temperamental. Subfaktor kehangatan (warmth) merujuk pada interaksi personal yang bersahabat, suka bersosialisasi dan tulus. Sebaliknya individu yang dingin cenderung kaku, pendiam dan tidak dekat dengan orang kebanyakan. Kehangatan (warmth) dan sifat suka berkumpul (gregariousness) biasanya muncul pada individu yang mudah berkumpul. Individu yang suka berkumpul cenderung menyukai keramaian dan dorongan sosial. Asertivitas adalah subfaktor ketiga dalam dimensi Extraversion. Individu yang asertif biasanya memiliki kemampuan untuk memimpin, bertanggung jawab akan suatu tugas dan mampu mengungkapkan perasaan atau keinginan dengan mudah.

Tiga subfaktor lain dari extraversion termasuk dalam ciri temperamental yakni level aktivitas (activity level), pencarian kesenangan (excitement seeking), dan emosi yang positif (positive emotion). Individu dengan tipe kepribadian extraversion biasanya suka menyibukkan diri cenderung bertindak dengan penuh semangat serta berbicara dengan cepat sehingga terkesan energik. Mereka lebih menyukai lingkungan yang dapat menstimulasi mereka dalam upaya pencarian kesenangan, contohnya mobil berkecepatan tinggi dan pakaian yang mencolok. Kehidupan yang aktif dan menyenangkan dari seorang individu dengan tipe kepribadian extraversion mencerminkan pengalaman emosi yang positif. Kesenangan, semangat dan kelucuan menjadi tema utama dari tipe kepribadian extraversion. Semua disposisi ini bersifat sinergis, bersama-sama membentuk tipe kepribadian.

Agreeableness (A)

Dimensi ini mendeskripsikan kualitas orientasi interpersonal seseorang secara berkesinambungan dari perasaan terharu sampai perasaan menentang dalam pikiran, perasaan dan tindakan. Dimensi agreeableness terdiri dari subdimensi atau faset-faset sebagai berikut:

  1. Trust (kepercayaan)
  2. Straight forwardness (berterusterang/langsung pada pokok permasalahan)
  3. Altruism (pengorbanan /mendahulukan kepentingan orang lain)
  4. Compliance (kerelaan)
  5. Modesty (rendah hati)
  6. Tendermindedness (berhati lembut)

Individu dengan tipe kepribadian agreeablenessmempercayai orang lain dan jarang mencurigai niat yang tersembunyi. Percaya (trust) adalah perkembangan psikososial utama yang paling mendasar menurut teori Erikson. Menurutnya individu yang tidak mengembangkan rasa percaya tidakakan pernah menguasai tahap industry, identity, dan intimacy. Saat individu yang agreeableness mempercayai orang lain, maka ia pun akan menjadi individu yang dipercayai orang lain, ini ditandai oleh kejujuran serta keterusterangan (straight forwardness).

Individu yang agreeableness cenderung tidak mementingkan diri sendiri, sebagaimana yang tercermin dalam kebijaksanaan serta keinginan mereka untuk membantu orang lain (Altruism). Individu yang agreeableness pada dasarnya lembut dan mau mengalah demi orang lain. Subfaktor ini dikenal sebagai compliance. Individu yang agreeableness menunjukkan kerendahan hati (modesty) dalam menilai kemampuan dirinya.Skor yang rendah pada subfaktor ini mungkin menunjukkan kecenderungan naristik. Selain itu, individu yang agreeableness biasanya menunjukkan kebaikan hati (tedermindedness), sentimental dan mudah tersentuh.

Conscientiousness (C)

Mendeskripsikan perilaku tugas dan arah tujuan, menilai kemampuan individu dalam organisasi, baik mengenai ketekunan dan motivasi, dan secara sosial membutuhkan impuls kontrol. Dimensi conscientiousness terdiri dari subdimensi atau faset-faset sebagai berikut:

  1. Competence (kompeten)
  2. Order (teratur)
  3. Dutifulness (kepatuhan terhadap tugas)
  4. Achievement stiving (pencapaian prestasi / pencapaian kesuksesan)
  5. Self-Discipline (disiplin diri)
  6. Deliberation (pemikir)

Individu dengan tipe kepribadian conscientiousness menunjukkan ciri rasional dan berfikir bahwa diri mereka mempunyai kompetensi yang tinggi (competence).Sebagian dari kesuksesan mereka berasal dari kemampuan mereka dalam organisasi yang baik serta keteraturan yang tinggi (order). Kedua hal ini yang membuat mereka bekerja dengan efisien. Individu yang conscientiousness memegang teguh tugas (dutifulness), memiliki kebutuhan akan pencapaian prestasi yang tinggi (achievement striving), dan menggapai kesempurnaan dalam segala sesuatu hal yang mereka lakukan demi pencapaian prestasi, memiliki displin diri yang tinggi sehingga mampu mencapai tujuan mereka (self-discipline), mereka umumnya menunjukkan ciri pertimbangan (deliberation), berpikir penuh dengan kehati-hatian sebelum bertindak dan membuat rencana di awal bukan dengan cara yang tiba-tiba.

Neuroticism (N)

Dimensi ini merupakan penyesuaian diri dengan ketidakstabilan emosi. Dari dimensi ini dapat diidentifikasi kecenderungan individu, apakah mudah tertekan tertekan secara psikologis, mempunyai ide-ide yang tidak realistis, keinginan atau dorongan yang berlebihan, dan kegagalan untuk memberikan respons-respons yang tepat. Dimensi neuroticism terdiri dari subdimensi atau faset-faset sebagai berikut:

  1. Anxiety (kecemasan)
  2. Angry hostility (amarah)
  3. Depression (depresi)
  4. Self – consciousness (kesadaran diri)
  5. Impulsiveness (menuruti kata hati)
  6. Vulnerability (kerentanan)

Keenam subfaktor dari neuroticism menggambarkan tingkat kecemasan dan ketidakmampuannya mengontrol dorongan dalam dirinya.Dua subfactor dari neuroticism yaitu kecemasan (anxiety) dan permusuhan (angry) yang terbentuk dari 2 kondisi emosi dasar individu yaitu takut dan marah. Setiap individu pasti pernah merasakan kedua emosi dari waktu ke waktu, namun intensitas emosi yang mereka rasakan berbeda antara satu individu dengan individu lainnya. Individu dengan sifat cemas cenderung gugup dan tegang.Mereka mudah khawatir dan merenungkan hal-hal yang tidak berjalan semestinya. Individu dengan rasa permusuhan yang tinggi menunjukkan kecenderungan mudah marah, kebencian, penolakan dan sulit memaafkan dan rukun dengan individu lainnya.

Dua emosi lain yang membentuk subfaktor depresi (depression) dan kesadaran diri (self-consciousnes) adalah sedih dan malu. Sebagai sebuah sifat, depresi adalah suatu kecenderungan individu mengalami kesedihan, putus asa dan kesepian. Individu yang depresi sering memiliki perasaan bersalah yang berlebih dan merendahkan dirinya sendiri. Individu dengan kesadaran diri (selfconsciousnes) yang tinggi cenderung merasakan malu yang berlebihan. Biasanya mereka peka terhadap ejekan dan cemoohan, karena sering merasa inferior terhadap orang lain.

Dua faset lain darineuroticism lebih sering muncul dalam bentuk perilaku daripada keadaan emosional. Impulsif adalah suatu kecenderungan untuk dikuasai oleh dorongan dan keinginan yang besar karena mereka memiliki kontrol yang lemah. Subfaktor vulnerability merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menangani stress dan kecenderungan memiliki emosi negatif, individu dengan sifat ini cenderung panik saat dihadapkan pada keadaan darurat, dan menjadi tergantung kepada bantuan dari orang lain. Sebagian orang mungkin merasakan cemas namun tidak menunjukkan permusuhan, sadar akan dirinya tapi tidak Impulsif. Individu yang memiliki tipe kepribadian Neuroticism cenderung memiliki skor yang tinggi pada tiap subfaktor lainnya. Mereka cenderung memiliki emosi yang negatif sehingga mempengaruhi kemampuan mereka dalam menangani masalah dan menjalin hubungan dengan orang lain.

Openness to experience (O)

Dimensi ini mendeskripsikan luas, kedalaman, kerumitan mental individu dan pengalaman hidup. Dimensi ini menilai individu dari usahanya secara proaktif dan penghargaannya terhadap pengalaman demi kepentingannya sendiri dan bagaimana ia menggali sesuatu yang baru dan tidak biasa. Dimensi ini mengelompokkan individu berdasarkan lingkup minat dan ketertarikannya terhadap hal-hal baru dan inovasi ia akan cenderung menjadi imajinatif, cenderung kreatif, ingin tahu dan sensitive terhadap hal-hal yang bersifat seni.

Sebaliknya, mereka yang sifat keterbukaannya kurang cenderung memiliki sifat konvensional, merasa nyaman dengan hal-hal yang ada, dan memiliki minat yang sempit. Dimensi openness to experience terdiri dari subdimensi atau faset-faset sebagai berikut adalah:

  1. Fantasy (fantasi)
  2. Aesthetics (estetika/keindahan)
  3. Feelings (perasaan)
  4. Actions (perbuatan-perbuatan)
  5. Ideas (ide-ide)
  6. Values (nilai-nilai)

Diketerbukaan terhadap pengalaman (openness to experience) diukur melalui 6 area yang berbeda. Keterbukaan dalam fantasi atau khayalan artinya individu memiliki imajinasi yang tinggi dan angan-angan yang luas. Subfaktor keindahan (aesthetics) teramati dari sensitivitas terhadap seni dan keindahan.Pengalaman aesthetics mungkin merupakan inti dari keterbukaan.Individu yang memiliki kesenangan terhadap aktivitas aesthetics umumnya adalah orang-orang yang terbuka.Keterbukaan terhadap tindakan (actions) merupakan lawan dari kekakuan.Individu yang terbuka mempunyai keinginan untuk mencoba hal-hal baru.Keterbukaan terhadap ide (ideas), perasaan (feelings) dan nilai (values) juga merupakan subfaktor dari kepribadian ini. Individu yang terbuka cenderung mempunyai rasa ingin tahu dan menghargai pengetahuan dan pendapat dari orang lain. Mereka cenderung bebas dalam menganut nilai-nilai, mengakui bahwa benar atau salahnya suatu hal bagi satu orang mungkin akan berbeda jika diterapkan pada orang lain yang menghadapi kondisi berbeda.